Sabtu, 30 Oktober 2010

OBAT JANTUNG ( DIGOXIN )


Deskripsi:
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai obat memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama yang lebih teratur.
Komposisi :
Tiap tablet mengandung digoksin 0,25 mg.
Kemasan :
Botol berisi 100 tablet
Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet
Mekanisme Kerja Obat :
Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaituefek langsung dan tidaklangsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus masuk ionkalsium keintra sel. Efektidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Indikasi :
Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter atrium.
Kontra indikasi :
BlokAVtingkat 2 dan blok AVtotal.                               
Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White.
Fibrilasi ventrikel.
Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap preparat digitalis.
Posologi :
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi.
Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet
sehari (1/2 -  1 tablet   pada usia   lanjut),  tergantung   pada berat   badan  dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harusdikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah  pemberian  selama   14 hari, dosis  hams diturunkan dan disesuaikan dengan respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut, karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal   jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama testlatihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat digitalis dandiuretik dihentikan.
Efek Samping :
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakitkepala.
Gejala toksik pada jantung : kontraksi ventrikel  prematur multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat blokAV.
Gejala neurologik :   depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingung
dan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai gangguan visus.
Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit yang lain.
Interaksi Obat :
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksiAV.
Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup rapat.
Adapun Tanggung jawab perawat dalma pemberian obat adalah :
Begitu besar peran perawat dalam pemberian obat, perawat harus benar-benar memastikan pasien dan obat yang akan diberikan kepada pasien, jangan sampai pasien salah mendapatkan obat, selain itu juga perawat harus memahami efek dan efek samping dari obat yang bisa disesuiakan dengan kondisi/penyakit pasien, untuk lebih jelaskan maka akan diuraikan dibawah ini tentang peran perawat dalm pemberian obat kepada pasien.
1.      Perawat terampil & tepat saat memberikan obat.
2.      Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
3.      Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
4.      Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.
Dalam pemberian obat,  perawat harus memperhatikan hal berikut :
a)      Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
b)      Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep.
c)      Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan.
d)     Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.

Prinsip 5 benar pengobatan :
1.      Benar Klien
2.      Benar Obat
3.      Benar Dosis Obat
4.      Benar Waktu Pemberian
5.      Benar Cara Pemberian 
1. Benar Klien
Dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri, hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.
2. Benar Obat
Berarti klien menerima obat yang telah diresepkan, tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
1.      pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2.      sebelum menuang / mengisap obat dan
3.      setelah menuang / mengisap obat.
3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.
Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
 Tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.
4.      Benar Waktu Pemberian
Saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan, dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam  sehari, seperti b.i.d ( du a kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan,  jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu, beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan.
5. Benar Cara Pemberian
Perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1.      Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul.
2.      Sublingual ( di bawah lidah  untuk absorpsi vena ).
3.      Topikal ( dipakai pada kulit ).
4.      Inhalasi ( semprot aerosol ).
5.      Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ).
6.      Empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
7.       
6. Dokumentasikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

Daftar Pustaka